Merindukan prestasi masa SD

 Bimillahirrohmaanirrohiiim. segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya waktu dan kesehatan untuk menulis blog yang sederhana ini. Hari ini, jum'at 4 april 2014, saya akan berbagi pengalaman hidup yang sangat misterius, karena sulit diketahui kemana arah hidupku yang sebenaranya.

Baik, saya akan mulai dari kisah perjalanan hidupku pada masa kecil, nama saya Ahmad Muzayyin Hulaimi yang terlahir dari pasangan Mariadi dan Hikmah Mujari di sebuah dusun terpencil yang bernama dusun liwung.
Saya menghabiskan masa anak-anak di dusun rersebut, dengan berbagai masalah sosial dari tahun ketahun ini tentu akan berdampak pada karakter saya kelak.
Dimulai dari saya masuk jenjang Sekolah Dasar, saya awalnya pada waktu itu, tidak tahu menahu tentang pentingnya sekolah. Bahkan,waktu tahun ajaran baru, tepatnya tahun 2000/2001, saya enggan untuk sekolah karena perasaan takut akan dunia luar. Maklum, terlalu sering dimanja karena anak sulung yang waktu itu dunia seakan hanya di lingkungan rumah semata. Saya tidak diperkenankan bermain terlalu jauh dari rumah.
 Setelah desakan dari orang tua, akhirnya saya menyanggupi permintaan mereka.
Tanpa bertutur kata panjang, Ibu mendaftarkan aku pada seorang guru yang bernama Mindryani,S.Pd pada awalnya, saya sangat takut sekali pada dunia luar atau sangat tertutup. Namun, seiring berjalannya waktu, saya berusaha menerima kenyataan tersebut dengan mulai menginjakkan kaki di kelas 1 SDN Liwung.
Satu tahun ajaran baru telah berlalu, saya akan menghadapi ulangan semester  yang saya sendiri tidak tahu hakikat dari semester itu. Tapi saya jalani dengan sami'na wa atha'na.
 Setelah ulangan berakhir, kini tiba saatnya pengumuman hasil semester.
Awalnya, saya tidak menyangka pada pengumuman tersebut, Nama saya yang menjadi Peringkat pertama, ini adalah tonggak awal perjalanan sejarah akademik, saya mendapatkan penghargaan akademik yang pertama. Padahal saya merasa apa yang saya kerjakan pada semester, biasa biasa saja tidak ada yang istimewa. Namun, lambat laun saya akan menyadari hal tersebut.
 Setelah menjalani pendidikan 6 tahun lamanya di SD dengan prestasi yang tidak mengecewakan, akhirnya orang tua, kebingungan untuk menentukan kemana saya akan melanjutkan studi untuk selanjutnya. Setelah diskusi yang sangat panjang, mereka sepakat untuk memondokkan aku di rumah kakek.
Saya waktu itu hanya manut-manut saja meskipun dalam hatiku, lebih cenderung untuk mondok ke Anjani Lotim. Tetapi dengan alasan umur dan masih terlalu belia, azam saya ditolak dengan halus.
 Tahun ajaran baru sudah dimulai, saya akhirnya tinggal di rumah kakek dan melanjutkan sekolah di SMPN 3 Praya Tengah.
Setelah 6 bulan lamanya, ulangan semester 1 tiba tentunya, saya mengikuti ulangan tersebut hingga selesai. Sampai pada pengumuman hasil ulangan tiba, alangkah terkejutnya, saya yang biasa bertengger di peringkat pertama, harus lapang dada menerima posisi pada peringkat ke 3. Mungkin inilah tonggak awal penurunan akademik yang sangat menyedihkan, terlebih lagi respon yang kurang positif dari keluarga, yang kadang-kadang menyindir atau membanding bandingkan saya dengan yang lainnya. Mereka tidak sadar bahwa, sikap yang seperti itu akan berdampak negatif kepada saya. Disaat saya membutuhkan motivasi, malah sebaliknya saya mendapat sindiran yang secara tidak lansung membuat kejiwaan saya dan merasa bukan bagian dari keluarga.
3 tahun lamanya sudah, saya mengenyam pendidikan di SMPN 3 Praya Tengah dengan berbagai pengalaman, prestasi sudah saya  dapatkan mulai dari peringkat III,II, dan pernah 1 kali mendapat peringkat I yaitu pada saat semester I kelas XII SMP.
 Memasuki tahun ajaran baru 2010/2011 saya melanjutkan studi ke Islamic Boarding school atau yayasan pondok pesantren Munirul Arifin NW Praya. Disana saya bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah di NTB bahkan Luar NTB. Disinilah awal kehidupan baru yang lebih menantang dengan segala peraturan pondok yang sangat ketat tentunya ini adalah salah satu  faktor menurunnya prestasi dari tahun ketahun. Jujur, selama saya menimba ilmu di sana, saya jarang merasa tenang. Perasan saya selalu didominasi oleh perasaan tegang dan gundah. namun, dengan sikap lapang dada saya berusaha untuk menghadapi semua itu dan berusaha menahan cobaan yang ada, saya berusaha menyembunyikan fakta yang ada dari orang tua, saya selalu mengatakan yang baik-baik tentang keadaanku. maklum, takut menyinggung perasaan hati mereka. Pernah terpikir pada benakku untuk pindah, tapi hati nurani mengatakan "tidak" saya kasihan melihat pengorbanan orang tua yang sudah mengeluarkan banyak harta untuk menyekolahkanku di sana. Akhirnya saya menjalaninya dengan berat hati sampai menjelang kelulusan.
Berbicara mengenai prestasi di YANMU mungkin ini adalah prestasi yang terburuk yang pernah saya alami. Saya tidak pernah mencicipi peringkat I, boro-boro peringkat pertama, peringkat 3 besar sulit saya dapatkan. Saya hanya mampu bertengger di peringkat ke v itupun aku dapat hanya satu kali. Sungguh perjalanan akademik seorang Ahmad Muzayyin Hulaimi yang sangat mengharukan.
Berlanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu masuk perguruan tinggi, seperti biasa saya dihampiri oleh rasa pesimis yang luar biasa dan rasa minder. Faktor ini yang menghambat prestasiku saat ini.
Mudah-mudahan dengan rencanaku pindah universitas bisa membuat perasaanku semangat dan optimis dan kembali merebut prestasi yang sudah lama tidak saya dapatkan lagi, seperti prestasi pada masa SD dulu. Amiiiiiinn!!!



Komentar